Sering Abortus Akibat Herpes

Infeksi herpes simpleks virus (HSV) pada orang dewasa biasanya bersifat ringan. Namun bila terjadi pada kehamilan keadaan menjadi sangat berbahaya karena dapat menyebabkan abortus, cacat, dan kematian janin. Pada bayi, penyakit itu menyerang kulit di seluruh tubuh, konjungtiva (selaput lendir mata), atau selaput lendir mulut. Pada bayi, keadaan ini dapat mengakibatkan ensefalitis (radang otak).

Berdasar sifat biologinya, virus ini dibagi dua tipe. Yakni, HSV I dan HSV 2. HSV 1 biasanya menyerang kulit tubuh dan daerah mulut. Adapun HSV 2 menyerang organ kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual serta bersifat kronik dan mudah sekali kambuh.

Dewasa ini angka kejadiannya meningkat bersamaan dengan perubahan budaya seksual. Dilaporkan terjadi peningkatan kasus 10 kali dari tahun 1966 sampai 1990 - 2015. Untung saja, infeksi pada bayi baru lahir kecil angkanya yaitu 0,01-0,04% dengan penyebab 75% HSV 2 dan 25% HSV 1.

HSV 2 dapat menimbulkan gelembung berisi cairan di vulva, vagina, dan mulut rahim sehingga diagnosis mudah ditegakkan bila ada gelembung atau luka bekas gelembung yang pecah. Gejala itu sering disertai keluhan seperti demam, nyeri otot, lemah, kadang ditegakkan dengan pemeriksaan serologi melalui darah untuk melihat IgM dan IgG.

Pada ibu, penyakit ini dapat ditularkan lewat hubungan seksual dari suami atau pasangan seksualnya. Penularan ke janin melalui darah lewat plasenta jarang namun bisa saja terjadi. Penularan lebih sering terjadi akibat virus naik dari vagina atau serviks ibu bila terjadi ketuban pecah dini atau melalui kontak langsung pada saat bayi lahir melalui vagina. Infeksi primer pada ibu hamil dapat menyebabkan infeksi melalui plasenta, sehingga dapat mengakibatkan keguguran, kelahiran prematur, gangguan pertumbuhan janin, dan cacat bawaan.

Karena herpes genitalis merupakan infeksi virus yang bersifat kronis, mudah kambuh, sulit diobati, dan sulit sembuh, sebaiknya Ibu jangan hamil dulu bila terkena infeksi primer. Pengobatan HSV dapat dilakukan dengan pemberian Acyclovir dan bila diperlukan dapat pula diberi Acyclovir salep di daerah yang terserang. Hati-hatilah terhadap kemungkinan terjadi abortus dan penyebaran penyakit akibat penurunan daya tahan tubuh.

Persalinan melalui bedah Caesar dianjurkan untuk menghindari penularan akibat kontak langsung bila ada gelembung yang mencurigakan di daerah genital, terutama bila ketuban pecah, karena, dikhawatirkan virus akan naik ke janin dalam kandungan. Bila persalinan berlangsung melalui vagina, 50% bayi bisa mengalami infeksi. Adapun dengan operasi Caesar, risiko infeksi dapat turun sampai 10%.

Setelah bersalin ibu yang menderita herpes aktif harus diisolasi (dirawat secara khusus), namun boleh tetap menyusui bayi dengan tetap menjaga agar tak ada sentuhan langsung antara daerah infeksi dan kulit bayi, serta sebelumnya ibu harus cuci tangan dan berganti baju bersih sebelum menyusi bayi.